Tuesday, June 28, 2011

Salam sayang penuh kerinduan...


Sudah beberapa hari tidak singgah ke mari..
Alang-alang singgah ni, nak juga tinggalkan sedikit coretan..
Hanya entry ringkas..
Istimewa buat semua...


Semoga hati ini takkan pernah lupa
Akan penciptanya...
Tuhan Yang Maha Esa
Yang telah menciptakan alam dan segala isinya....



Tinta Jiwa

-Semoga hati-hati ini akan sentiasa hidup dan terus hidup-

Saturday, June 25, 2011

Ya Allah, perkenankanlah...

Ya Allah...
Aku mohon pada-Mu Ilahi
Engkau anugerahkanlah kami
Kejayaan di dunia dan di akhirat


Ya Allah...
Engkau kurniakanlah kami
Kejayaan yang cemerlang
Dalam peperiksaan


Ya Allah...
Kau permudahkanlah kami
Di sepanjang perjuangan ini


Ya Allah....
Kau permudahkanlah kami
Dalam menghadapi tisp dugaan-Mu


Ya Allah...
Engkau bukakanlah pintu hati kami
Terangilah ia dengan hidayah-Mu
Janganlah Engkau pesongkan hati kami
Setelah hidayah itu Kau hadiahkan kepada kami


Ya Allah...
Sesungguhnya
Kami ini hamba-Mu yang hina
Lagi kerdil di sisi-Mu yang Esa
Maka ku pohon pada-Mu
Tunjukkan kami jalan kebenaran


Ya Allah...
Engkau masukkanlah kami
Dalam senarai orang-orang yang beriman
Dalam kumpulan orang-orang yang soleh solehah
Dalam kalangan muslimah sejati


Ya Allah...
Engkau masukkanlah kami ke dalam syurga
Jannah-Mu yang dibawahnya
Mengalir sungai yang jernih airnya
Syurga yang pastinya amat berbeza
Dari keindahan dunia
Fatamorgana yang Engkau cipta


Ya Allah...
Engkau kurniakanlah kami cahaya keimanan
Agar dapat kami beribadat dalam ketenangan
Tidak tergopoh gapah mengejar duniawi
Ikhlas kerana-Mu semata
Untuk perhitungan di mahsyar kelak
Agar berbaloi hidup di pentas dunia
Sebagai pelakon sementara yang nyata
Semata-mata untuk akhirat sana


Ya Allah...
Engkau rahmatilah kami
Engkau redhailah hamba-Mu ini
Engkau jadikanlah kami
Hamba yang taat pada-Mu


Ya Allah...
Engkau jadikanlah kami
Manusia dan hamba yang berguna
Di dunia fana ini
Juga di akhirat sana

YA Allah...
Kau berilah rahmat-Mu
Kepada kami sekeluarga
Engkau hindarilah kami
Dari azab api neraka
Engkau peliharalah kami sekeluarga
Ya Allah...

Ya Allah...
Engkau berikanlah
Kebahagiaan rumah tangga kepada kami
Agar aman sentosa rumah ini
Dan
Dalam keadaan harmonis selalu
Diterangi cahaya kebahagiaan dalam ketaqwaan


Ya Allah...
Engkau ampunkanlah dosa-dosa kami
Atas kejahatan kami yang telah kami lakukan


Ya Allah...
Ampuni kami atas kemurkaan-Mu


Ya Allah...
Jadikanlah kami
Hamba-hamba yang senantiasa ceria
Walau di mana saja kami berada
Walau ada beban derita jua
Engkau selubungilah ia
Dari terzahir
Kepada mereka yang berada di sisi kami
Engkau tutupilah ia


Ya Allah...
Engkau selamatkanlah kami
Dari fitnah dunia
Engkau selamatkanlah kami
Dari hidup terhina


Ya Allah...
Engkau selamatkanlah kami
Dari segala dosa dan noda
Engkau hindarilah kami
Dari membuat fitnah dunia
Juga segala dosa


Ya Allah..
Engkau peliharakanlah kami
Dari segala nafsu kejahatan


Ya Allah...
Engkau terangilah hati kami
Dengan cahaya nur-Mu
Engkau bukakanlah hati kami
Dan
Berilah hidayah kepada kami
Semoga kami sentiasa diterangi cahaya Al-Islam-Mu
Agar kami bisa menjadi
Hamba yang tunduk pada keagungan-Mu


Ya Allah...
Engkau perkenankanlah doaku ini....


Tinta Jiwa
(05-04-08)

Friday, June 24, 2011

Luka-luka Jiwaku

Gerimis tangis menitis

Lutsinar dari penglihatan

Wujudnya pada hati dari perasaan

Hanya yang menyelami mampu bersentuhan


Aku terluka, aku terluka

Bukanlah aku ini robot tanpa jiwa

Tetapi aku manusia yang punya hati jua

Tidak perlu kau fahami aku untuk mengertinya


Tidak perlu kau layani aku kerana siapa aku

Tetapi pandanglah aku sebagai manusia

Bukannya malaikat yang siap taat perintah-Nya

Bukannya syaitan yang tetap berpaling walau sedar kebenaran-Nya


Dasar jiwaku dalam

Kau hanya akan lemas menyelaminya

Sebab itu tidak pernah kupinta

Sekadar kau memandang aku sebagai manusia

Itu sudah melebihi segala


Luka-luka jiwaku

Tidak terlihat pandangan matamu

Wujudnya pada hati dari perasaan

Kerana aku hanya seorang insan


Ya, aku perlu bersabar

Ya, aku perlu teguh untuk digegar

Tetapi aku manusia

Sampai limitnya nanti

Kan tersungkur jua



~Angkasa

(Hilal Asyraf)

Langit Ilahi

17hb April 2010


Senyuman itu telah pergi,
Bahagia itu telah hilang,
Kasih itu telah pudar,
Segalanya mula terasa getir...

Akulah yang salah,
Aku terlalu menjeruk jiwa,
Akulah yang khilaf,
Aku terlalu mengait rasa...

Akulah yang bersalah,
Dan aku disalahkan,
Aku terhukum kerana kesalahan mereka...

Akhirnya aku yang durja sendiri...
Terus menyepi begini...

Tiada lagi senyum terlakar,
Segalanya terlalu perit untuk ditelan...

Dunia ini ku rasa terlalu sempit untuk ku terokai,
Gunung-ganang pula terlalu tinggi untuk ku daki......

Tinta Jiwa
~Jangan disimbah cuka pada aku yang sedia terluka!

SENYUMKU

Izinkan aku menahan senyuman.

Aku tak betah terus berpura.

Kanvasku ini, biarlah aku melakarnya...


SENYUMKU...


Senyumku itu berharga

Mahal penuh nilainya

Bila aku tertawa

Maknanya terlakarlah bahagia


Senyumku itu kecewa

Tanda aku berselindung rasa

Melakar senyum sesinis Cuma

Semoga tak terzahir segala duka


Senyumku itu kesakitan

Sekadar menghijab kebenaran

Walau jelas terpampang

Semakin suram liku-liku di depan


Senyumku itu amanah

Kerana berpegang janji Allah

Sabar kerana yakin dan percaya

Walau terkadang terasa segalanya dusta


Senyumku itu

~Tinta Jiwa~

Thursday, June 23, 2011

BERSELAWATLAH KEPADANYA




Dia anugerahkan kepadanya
Kurnia besar dari sisi-Nya
Dia pilih dia di antara deretan rasul utusan
Sebagai seorang yang murah hati, penuh kasih
Dan penuh empati dengan kaum beriman

Berselawatlah kepadanya
Dan beri dia penghormatan setinggi-tingginya
Wahai umat Yang Pembawa Petunjuk
Kalian diberi kekhususan di antara manusia
Dengan keikhlasan, juga kejujuran dan kebeningan
Berselawatlah kepada Nabi pilihan
Allah telah berselawat kepadanya
Sejak zaman dahulu kala

Berselawatlah kepadanya
Dan beri dia penghormatan setinggi-tingginya
Maha Luhur Dzat yang telah mengutus Rasul penyayang
Untuk melindungi kami dari jilatan neraka jahanam
Pada hari kebangkitan
Dengan wasilahnya kita harap Syurga dan kenikmatan
Dan orang yang bersama Yang Maha Pemurah
Lagi Maha Pemberi tentu akan menjadi pemurah

Berselawatlah kepadanya
Dan beri dia penghormatan setinggi-tingginya
Ia takkan tersesat dan menyimpang dari wahyu Tuhan
Jauh kiranya Rasulullah S.A.W berucap
Berdasar hawa nafsu sendiri
Dia jujur dan dipercaya oleh orang yang meriwayatkannya
Telah dia raih ilmu dari Tuhan Penguasa Langit

Berselawatlah kepadanya
Dan beri dia penghormatan setinggi-tingginya
Roh Kudus mendatanginya
Seraya membawa berita gembira
Disapanya ia, hai Penginjak tanah terbaik
Jawablah Sang Maha Pemelihara, hai Muhammad
Agar bisa kau lihat kerajaan besar di langit

Berselawatlah kepadanya
Dan beri dia penghormatan setinggi-tingginya
Dia penuhi seruan Tuhan langit tertinggi
Saat Dia memanggilnya
Dia tunggangi Buraq dan datang ke hadapan-Nya
Sementara Roh Kudus menjadi temannya

Berselawatlah kepadanya
Dan beri dia penghormatan setinggi-tingginya

(Petunjuk Para Nabi Menentang Ancaman Syaitan m/s 200-201)

~Tinta Jiwa~

Saturday, June 18, 2011

Meminggir

Mencari bayang diri
Yang telah lama pergi
Tinggal diri sendiri
Jauh dari realiti

Meminggir dari kejauhan ini
Mungkin dikira mementingkan diri
Sedang pada pengasingan ini
Sekadar mencari ruang untuk diri sendiri

Terpijak duri di laluan sukar
Kusangka kan temui kuntuman bunga yang mekar
Tak ku duga tersadung ke lembah bumi
Sebelum cahaya bersinar lagi

Dikira tenang pada jarak yang memisahkan
Ditolak jua rasa-rasa yang bertandang
Biar pergi rasa-rasa yang menggoncang
Agar hilang segala kesedihan

Disangka tenang darah yang mengalir
Tak terduga mendidih bendalir
Tak tegar melihat kepura-puraan
Membutakan mata menulikan telinga
Cukuplah membisukan
Menanggung dosa mendiamkan kebenaran

Pada tulisan-tulisan ini
Terlukis rasa-rasa menzahirkan
Terlakar luka-luka jiwa diri
Yang terpendam, tertanam

"Maafkan dan lupakan. Biarkan rasa-rasa itu terbenam."

Itulah kata azimat yang akan dilayangkan
Sedang dirilah yang melalui jalan kelam
Tiada berbintang
Jauh sekali berbulan

Hanya diri...
Hanya diri....
Hingga hilang bayang sendiri....

~Tinta Jiwa

Wednesday, June 15, 2011

Ku ingin terasing dari realiti ini
Kenapa tidak aku terselindung
Di balik tembok kaca fantasi
Memerhati pada realiti
Yang tak mungkin darinya ku bisa lari
Memandang lagak hamba bernama manusia

Aku juga hamba
Aku punya jiwa
Yang bila-bila masa saja bisa terluka
Jangan kau toreh duka pada aku yang bernyawa
Aku juga punya hati
Aku tahu sakitnya tercucuk kata berduri
Jangan kau buat ku terus berduka
Luka dimamah rasa

Aku juga manusia
Aku juga hamba
Aku juga melemah bila tiba saatnya
Kerana aku hanya seorang manusia

~ Tinta Jiwa ~

Saturday, June 11, 2011

Hening pagi ini
Ku lapangkan dada
Mencari secebis ketenangan
Memohon segenggam kemaafan
Bersama segunung kesabaran

Bukan kupinta dimengerti
Jauh sekali difahami
Pintaku sekadar kau selami
Cuba membayangkan menapak di telapakku ini

Sungguh
Takkan pernah kau rasai
Beban-beban rasaku ini
‘Usah disimpan,
Usah difikirkan,
Hilangkan...
Biarkan berlalu bersama waktu.’
Itulah tempias katamu selalu

Aku kecewa
Kecewa kerana tak pernah kau cuba jiwai
Tiap rasa yang berdetik di hatiku ini
Kecewa bersama luka

Biarkan aku minggir
Membawa luka rasaku ini
Biarkan aku pergi
Jauh dari lakonan pura-puramu
Aku tak betah sejalan denganmu
Biarkan aku menapak pada jalanku
Takkan lagi kupinta kau bersamaku

Biarkan aku sendiri
Mencari jalan menuju Tuhanku
Biarkan aku sendiri
Menapak jalanku ini

Biarkan....
Biarkan aku
Hanya bersama aku
Dan Tuhanku...

Tinta Jiwa
~Membawa luka

Friday, June 10, 2011

Fitrah Kehidupan

Kata orang, hidup ni simple je, jalani seadanya...
Hakikatnya, hidup ni bagaikan roda yang berputar.
Sentiasa turun dan naik.
Tak pernah ada yang sentiasa di atas...

Ujian tu kembar yang tak dapat dipisahkan.
Malah, kadang-kadang mungkin ibarat bayang-bayang.
Seiring dan sejalan...

Begitulah hidup aturan Tuhan...
Hadapilah dengan apa adanya...
Redha... Ikhlaskan hati...
Mungkin itulah penawar yang menjanjikan Syurga...

Tapi sebagai manusia biasa yang tak sempurna, pasti terasa lemah tatkala ujian datang melanda.
Hilang bicara bila hati retak berkecai.
Tak bisa untuk meneruskan langkah bila hilang arah tujuan.
Begitulah selaulunya...

Lalu berkatalah hati kepada diri...
“Sabarlah wahai diri, tabahlah wahai hati... Allah sedang mendugamu, tenanglah menghadapi. Pasti ada pelangi yang sedang menanti...”

Selalunya begitu. Optimis memujuk diri dengan iman yang tersisa.
Khuatir benar jika langkah tersasar dari sejadah iman.
Semoga sisa-sisa iman ini terus menebarkan sayapnya...
Melindungi diri...
Menerangi jalan-jalan yang bakal dilalui...

Mudah-mudahan begitu...

~Tinta Jiwa

Thursday, June 9, 2011

CERPEN : Satu Penantian

Perkongsian baru.
Aku nak kongsikan sebuah cerpen yang aku buat lima tahun lalu.
Cerpen??
Ya, cerpen.
Cerpen ni aku buat masa form 5 (2006).
Entah apa-apa cerpen ni, tajuk pun aku tak tulis.
Tapi hari ni aku nak bagi tajuk. Adik aku suggest tajuk 'penantian', so aku nak bagi tajuk 'Sebuah Penantian' kat cerpen ni.

~Adik aku marah kemain lagi bila aku taruk tajuk ni. Salah penjodoh katanya, merosakkan bahasa la tu...

So, aku tukar la tajuknya kepada 'SATU PENANTIAN'.

Cerpen ni aku buat sebagai homework yang cikgu WSH bagi.
Kandungannya kurang memuaskan. Bila aku baca balik, cerita pendek ni macam tergantung je. cuma sedikit teknik imbas kembali kehidupan lampau Alia tu je membantu menyampaikan motif cerita aku ni.

Anyway, aku tetap hepy sebab dapat siapkan cerpen ni.
Cerpen pertama ni. heeeee....

enjoy it!!

> SATU PENANTIAN <


“Lia sihat? Macam mana dengan kerja, semua okey?”

“Alhamdulillah. Lia sihat walafiat. Kerja pun okey. Semua berjalan lancar. Macam mana bu, ada apa-apa berita?” Alia menyoal ibu angkatnya, Ibu Kartina. Dia merenung wajah yang berada di depannya.

Alia mendongak. Dia terkebil-kebil memandang siling. Wajah Ibu Kartina bersilih ganti pula dengan wajah ibu angkatnya dahulu, Umi Kaltsom. Perasaan Alia tidak ketentuan bila teringan jeritan dan piatan di telinga ketika dia masih kecil. Dan waktu itu tiada seorang pun yang hadir untuk membantu.

Dia tidak boleh lupa pada sepasang suami isteri yang mengambilnya sebagai anak angkat selepas ditinggalkan oleh ibu bapa kandungnya di sebuah pasar ketika dia berusia tujuh tahun. Pengalamannya menjadi peminta sedekah tidak boleh dilupakan. Setahun tahun pertama menjadi anak angkat mereka amat menggembirakan. Ini kerana bapa angkatnya merupakan seorang yang penyayang. Tapi selepas kematian bapa angkatnya, segalanya terus berubah. Dia diminta menjadi peminta sedekah dan seringkali dipukul.

Tiga tahun beribu angkatkan perempuan itu amat menakutkan hidupnya. Pantang silap, pasti telinganya merah-merah dipiat. Tidak boleh terlewat sedikit melakukan tugas yang diberi, pasti renungan tajam terpancar di mata perempuan itu.

“Lia, kenapa ni? Ibu tengok, Lia ni asyik mengelamun je.” Ibu Kartina menegur setelah melihat anak gadis itu termenung jauh.

“Entahlah bu... Cuma sejak akhir-akhir ni, memori kehidupan Lia sering menjelma.”

“Mungkin sebab Lia terlalu banyak berfikir. Tambahan pulak sekarang ni kita dalam pencarian siapa ibu bapa kandung Lia.” Ibu Kartina cuba menenangkan hati Alia yang gundah.

“Ibu ada hal nak bincang dengan Lia. Tu pun kalau Lia tak ada apa-apa urusan.”

“Tentang apa bu?”

“Tentang ibu bapa kandung Lia.”

“Lia balik pun sebab perkara tu. Ada apa-apa perkembangan ke semenjak pemergian Lia selama sebulan?” Soalnya lagi.

“Ibu dah siasat tentang latar belakang mereka.Ibu pun dah tahu di mana mereka tinggal. Ibu rasa nak pergi cari dia orang.” Alia terdiam. Hatinya tersayap pilu. Ibu Kartina amat prihatin terhadap dirinya. Tidak mungkin dia akan melupakan wanita yang banyak memberinya semangat untuk meneruskan kehidupan dahulu.

“Terima kasih bu. Lia tak tahu macam mana nak balas budi baik ibu pada Lia. Terlalu besar pengorbanan ibu.” Mata Alia mula berkaca. Dia memeluk erat Ibu Kartina.

Alia duduk dengan menongkat dagu sambil merenung wajahnya di kaca. Alia... Alia.. Sampai bila agaknya pencarian kau akan berakhir? Ah...Semuanya hampir berakhir. Getus hatinya.

Pencarian Alia itu telah membawanya jauh dari kota hingga ke Kampung Simpang Tiga. Harapannya, dapat menenangkan diri ketika bertemu emak sebenarnya, Hajah Aisyah dan ayahnya, Haji Kadir. Alia mendapat tahu bahawa mereka telah menunaikan rukun islam yang ke lima dua tahun yang lalu.

Sudah hampir semua rumah di kampung itu mereka pergi, tapi masih tidak menemui di mana rumah ibu bapa Alia. Semangat Alia makin luntur. Sepanjang mencari, dia asyik mengeluh. Dia hampir berputus asa. Tetapi seringkali ditenangkan oleh Ibu Kartina. Alia bersahaja memandang ibu angkatnya yang tenang. Alia semakin kagum.

“Ibu nak pergi tanya dengan mak cik kat rumah tu kejap. Lia nak ikut tak?” Pertanyaan ibu Kartina mengejutkan lamunan Alia. Dia menoleh dan menatap wajah tua di hadapannya. Dia mengelengkan kepalanya. Ibu Kartina hanya tersenyum.

Kenapa lama sangat ni? Alia tertanya-tanya sendiri setelah agak lama menunggu. Dia sudah tidak tahan dengan kepanasan di dalam kereta. Sepuluh minit selepas itu, Ibu Kartina meluru mendapatkannya di dalam kereta. Alia dapat merasakan ada berita gembira apabila Ibu Kartina mengajaknya masuk ke dalam rumah. Alia akur.

“Lia... anak mak!” Seorang wanita dalam usia 60-an berlari ke arah Alia dan terus memeluknya.

“Maafkan mak, Lia” Hajah Aisyah masih belum meleraikan pelukannya.
Alia hanya mendiamkan diri dan kemudian bersuara.

“Lia faham mak. Keadaan yang memaksa mak dan ayah lakukan semua tu. Ibu bapa mana yang tak sayangkan anak mereka?”

Hajah Aisyah terkedu. Dia menyesal membuang anak sebaik Alia. Semakin lama, sedunya semakin kuat kedengaran. Alia juga tidak dapat menahan dirinya daripada mengalirkan air mata setelah berjumpa dengan orang yang bertahun-tahun dicarinya.

“Ayah mana, mak?” Pertanyaan Alia menyentuh hati kecil Hajah Aisyah.

“Ayah kamu dah meninggal tiga bulan yang lalu nak, mereka meninggal dalam kemalangan jalan raya.

“Mereka? Apa maksud mak?” Suara Alia sedikit resah. Adakah dia mempunyai saudara kandung yang lain? Dia mula tertanya-tanya.

“Abang kau, nak. Abang dan ayah kau bekerja sebagai pemandu lori. Suatu hari, lori yang mereka naiki dirempuh dari belakang dan terbatas lalu terjatuh ke dalam gaung.”

Alia tidak menyangka ayah dan abangnya meninggal dunia dalam keadaan yang mengerikan. Keesokan paginya Alia, Ibu Kartina, dan Hajah Aisyah bertolak ke kubur yang terletak di Kampung Simpang Tiga. Alia berasa sangat sedih kerana tidak sempat menemui arwah ayah dan abangnya.

Alia tidak mampu berbuat apa-apa selain mendoakan supaya roh ayah dan abangnya ducucuri rahmat oleh Allah s.w.t. Dia juga mendoakan semoga roh arwah ayah dan abangnya sentiasa tenang dan ditempatkan di kalangan orang-orang yang beriman dan soleh serta dari kalangan wali-wali Allah. Ini kerana Alia tahu, apabila anak Adam meninggal dunia, maka putuslah semua amalannya, kecuali tiga perkara iaitu sedekah jariah, ilmu yang dapat memberikan manfaat, dan anak yang boleh serta solehah yang akan mendoakannya.

Petang itu Alia membawa ibunya pulang ke kota. Mereka akan memulakan hidup baru. Alia juga telah berjanji dengan dirinya bahawa dia akan menjaga ibunya sebaik mungkin kerana dia sedar bahawa syurga berada di bawah tapak kaki ibu. Alia berharap agar pencariannya selama ini sudah hidupnya bahagia dan diredhai serta dirahmati oleh Allah S.W.T.. Itulah doa Alia...

Cerpen oleh;
Tinta Jiwa

> Disemak oleh ;
WSH

Friday, June 3, 2011

Sayangi daku, Tuhan...

Tuhan,
Sungguh, aku tak ingin merasa Kau jauh dariku
Khilafku bila terasa asing dari-Mu
Jangan pernah biarkan aku Tuhan
Jaga dan lindungi aku
Sayangi aku selalu Tuhan
Agar dapat aku mengucup redha-Mu
Agar dapat kupeluk bahagiaku
Dalam sakinah cinta-Mu..

Sayangi daku, Tuhan...
Jangan pernah biarkan aku..
Terus tebarkan kasih cinta-Mu kepadaku...

~Tinta Jiwa~